Ulur-Ulur Telaga Buret: Kearifan Lokal Tulungagung yang Tak Lekang Dimakan Zaman

KABARNEWS.NET,Tulungagung,– Di tengah pusaran zaman modernisasi yang tak jarang menggerus nilai-nilai luhur, masyarakat Tulungagung menunjukkan keteguhan dalam menjaga warisan kearifan lokal. Tradisi Ulur-Ulur di Telaga Buret kembali digelar pada hari ini, Jumat (9/5/2025), menjadi penanda komitmen masyarakat dalam melestarikan identitas budaya di tengah perubahan zaman.

Upacara adat Ulur-Ulur bukan sekadar ritual seremonial, melainkan sebuah manifestasi mendalam dari rasa syukur masyarakat kepada Sang Pencipta atas limpahan air yang tak pernah berhenti mengalir dari Telaga Buret. Air yang menjadi sumber kehidupan bagi pertanian dan masyarakat sekitar ini diyakini sebagai berkah yang harus dijaga dan disyukuri. Lebih dari itu, tradisi ini mengajarkan tentang pentingnya menundukkan diri di hadapan kebesaran alam dan Tuhan, serta menyadari bahwa kesejahteraan sejati tidak hanya diukur dari materi, namun juga dari keberlanjutan nilai-nilai luhur.

Bupati Tulungagung, Gatut Sunu Wibowo, SE, ME, dalam sambutannya di hadapan masyarakat Kasepuhan Sendang Tirto Mulyo dan warga dari berbagai desa yang hadir, menegaskan betapa pentingnya menjaga tradisi Ulur-Ulur. Beliau menyampaikan bahwa tradisi ini adalah kearifan lokal yang di dalamnya terkandung nilai gotong royong, penghormatan terhadap alam, dan kebersamaan yang menjadi jembatan penghubung antar generasi.

“Upacara adat ini merupakan ungkapan syukur kita kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat berupa air yang mengalir tiada hentinya dan bermanfaat bagi masyarakat di sekitarnya,” ujar Bupati Sunu dengan penuh harap.

Sejarah mencatat bahwa Ulur-Ulur telah diakui sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) sejak tahun 2020. Pengakuan ini menegaskan bahwa tradisi ini bukan hanya milik masyarakat Tulungagung, tetapi juga merupakan bagian penting dari identitas budaya bangsa Indonesia. Pemerintah Kabupaten Tulungagung pun menunjukkan komitmennya untuk terus mendukung pelestarian tradisi ini, baik melalui dukungan materiil maupun moril.

**Menjaga Tradisi di Tengah Arus Modernisasi**

Tantangan dalam melestarikan tradisi di era modernisasi tidaklah kecil. Generasi muda yang semakin terpapar budaya luar, gaya hidup pragmatis yang terkadang mengabaikan nilai tradisional, serta derasnya arus globalisasi menjadi faktor-faktor yang perlu diatasi. Namun, masyarakat Tulungagung memiliki keyakinan bahwa tradisi bukanlah sekadar beban masa lalu, melainkan sebuah kompas yang menuntun masa depan.

Tradisi Ulur-Ulur bukan hanya sekadar simbol adat, tetapi juga representasi filosofi hidup yang mengingatkan manusia akan pentingnya menjaga keseimbangan dengan alam dan mengedepankan gotong royong sebagai kunci keberlanjutan.

Dalam acara yang dihadiri oleh Wakil Bupati Ahmad Baharudin, SM, Forkopimca Campurdarat, tokoh budaya, dan berbagai elemen masyarakat ini, terpancar harapan besar agar semangat kebersamaan yang terwujud dalam seremoni Ulur-Ulur dapat terus mengalir dan menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari.

Sebagaimana air Telaga Buret yang terus mengalir tanpa henti, demikian pula nilai-nilai luhur yang terkandung dalam tradisi Ulur-Ulur diharapkan dapat terus hidup, meresap dalam kesadaran setiap generasi, dan menjadi warisan berharga untuk masa depan. Pilihan kini berada di tangan masyarakat: menjadi saksi bisu hilangnya tradisi, atau menjadi penjaga setia yang memastikan warisan ini tetap lestari selamanya.(LGG)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *