Kabarnews.net, Trenggalek– Festival Jaranan ke-29 Kabupaten Trenggalek resmi diluncurkan pada Rabu (20/8/2025) di pelataran Pasar Pon Trenggalek.
Acara ini dihadiri Bupati Trenggalek, Mochamad Nur Arifin (Mas Ipin) bersama istrinya, Novita Hardini, serta Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur dan Deputi Bidang Industri dan Investasi Kementerian Pariwisata.
Berbeda dari sebelumnya, festival tahun ini tidak hanya dikelola pemerintah, melainkan berbasis partisipasi masyarakat dengan semangat paseduluran.
Festival Jaranan ke-29 akan digelar pada akhir September hingga awal Oktober 2025.
Dalam sambutannya, Bupati Mochamad Nur Arifin menegaskan bahwa Festival Jaranan ke-29 menjadi momentum untuk menjadikan Trenggalek sebagai “Buminya Jaranan”.
Menurutnya, berbagai daerah hingga negara lain memiliki tarian kuda atau horse dance dengan pakem masing-masing, namun Trenggalek punya kekhasan tersendiri melalui Turonggo Yakso.
“Selamat datang di launching Festival Jaranan Trenggalek Terbuka 2025. Tahun ini terasa spesial karena festival tidak lagi dikelola birokratis, tapi partisipatif,” ujar Ma Ipin.
Dirinya juga mengapresiasi para pemuda yang turut aktif dalam pelestarian jaranan sebagai ciri khas dari Bumi Turonggo Yakso.
“Saya senang jika anak-anak muda ikut menghidupi jaranan ini tanpa meninggalkan legacy,” sambung Mas Ipin.
Ia menambahkan, sejak 1995 hingga 2025, festival ini terus bertahan.
Bahkan, jika dibandingkan dengan tradisi Mataram Kuno, jaranan menjadi simbol ketokohan, kepahlawanan, sekaligus kearifan lokal yang diwariskan turun-temurun.
Bupati menjelaskan, Turonggo Yakso berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti “kuda berkepala raksasa”.
Tarian ini merepresentasikan perjuangan manusia menaklukkan hawa nafsu.
“Gerakan para penari adalah simbol perjuangan. Setiap detailnya sarat makna, mulai dari sedekah bumi hingga ritual Ngitung Batih. Bahkan ketika pecut dilepas dan penari tak sadarkan diri, itu filosofi tentang keyakinan pada Tuhan Yang Maha Esa,” jelasnya.
Mas Ipin menekankan bahwa jaranan bukan sekadar hiburan, melainkan wisdom of life yang diwarisi masyarakat Mataraman.
Karena itu, Pemkab ingin mem-branding Trenggalek sebagai pusat jaranan dunia dan mendorong festival ini masuk agenda Kharisma Event Nusantara (KEN).
( red)